MATERI KHUSUS (PAS) SEJARAH KLS VIII 2017
MATERI KHUSUS
(PAS) SEJARAH 2017
B.
Kebijakan-kebijakan Pemerintah Kolonial
Pemerintah kolonial melakukan
penjajahan karena ingin memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dari tanah
jajahan. Keuntungan ekonomis itu akan digunakan untuk kepentingan negeri asal
dan mendanai praktik penjajahan. Untuk mencapai tujuan itu, dikeluarkan
bermacam kebijakan pemerintahan kolonial seperti berikut ini.
1 Kebijakan
pada Masa VOC (1602-1799)
Para petinggi VOC menjalankan kebijakan yang
merugikan bangsa Indonesia, seperti:
a. Penarikan pajak hasil bumi (contingenten),
b. Penyerahan paksa hasil bumi (verplichte
leveranties),
c. Pelaksanaan kerja paksa (rodi), dan
d. Wajib kerja (verplichte diensten)
2 Kebijakan
pada Masa Pemerintahan Daendels (1808-1811)
Pada masa kekuasaan Daendels yang
berlangsung antara tahun 1808-1811 dijalankan kebijakan-kebijakan politik dan
ekonomi sebagai berikut.
a Membangun Ruas Jalan Raya dari Anyer-Panarukan
(Jalan Raya Pos/Grote Post Weg.
Ruas jalan yang dibangun Daendels dari Anyer
sampai Panarukan ini dikenal dengan sebutan Jalan Raya Pos (Grote Postweg).
Panjang ruas jalan sekitar 1100 kilometer. Pada tiap-tiap 4,5 kilometer
didirikan pos sebagai tempat perhentian dan penghubung pengiriman surat-surat.
Tujuan pembangunan Jalan Raya Pos adalah memperlancar komunikasi antar daerah
yang dikuasai Daendels di sepanjang Pulau Jawa.
b Membangun Armada Militer yang Kuat
Dalam upaya mempertahankan Pulau Jawa dari
serangan Inggris, Daendels membutuhkan armada militer yang kuat, tangguh, dan
banyak. Daendels membentuk pasukan yang berasal dari masyarakat pribumi.
Daendels kemudian mendirikan sekolah militer di Batavia, tempat pembuatan
senjata di Semarang, dan pembangunan benteng serta pabrik senjata di
Surabaya. Selain persenjataan darat, Daendels pun berusaha mengadakan dan
memperbaiki sarana prasarana pertahanan laut.
c Memperbaiki Struktur Pemerintahan
Pegawai-pegawai VOC terlalu luas
kewenangan kerjanya. Daendels lantas membatasinya dengan maksud mereka tidak
mudah terjerumus ke dalam tindakan korupsi. Daendels berusaha memberi gaji yang
cukup bagi pegawainya, tetapi mereka dilarang berdagang, menerima hadiah atau
pemberian yang tidak sah. Selanjutnya, Pulau Jawa dibagi ke dalam Sembilan
keresidenan yang berada di bawah pengawasan pemerintah pusat di Batavia.
d Menggalakkan Penyerahan Hasil Bumi (Verplichte
Leveranties)
Semasa VOC berkuasa, rakyat dipaksa menjual
hasil buminya kepada penguasa. Aturan seperti itu tetap diberlakukan karena
Daendels membutuhkan biaya yang besar untuk menjalankan semua kebijakannya di
Hindia Belanda. Hasil bumi yang amat diperhatikan ialah kopi yang harganya
mahal di pasaran Eropa.
3 Kebijakan pada Masa
Pemerintahan Raffles (1811-1816)
Thomas Stamford Raffles mulai berkuasa
di Hindia Belanda sejak 17 September 1811. Selama berkuasa, Raffles menerapkan
kebijakan politik ekonomi yang disebut system pajak tanah (landrent system).
Sistem pajak tanah dibuat dengan
tujuan menciptakan suatu system ekonomi yang bebas dari segala unsur paksaan.
Sistem pajak tanah ini hanya diberlakukan di Pulau Jawa. Berikut pokok-pokok
kebijakan sistem pajak tanah yang dijalankan Raffles.
a. Segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa
dihapuskan. Rakyat diberi kebebasan menentukan jenis tanaman yang akan
ditanamnya.
b. Peranan para bupati sebagai pemungut pajak
dihapuskan dan sebagai gantinya mereka dijadikan aparat negara yang bertanggung
jawab kepada pemerintah.
c. Pemerintah Inggris adalah pemilik tanah. Setiap
petani yang menggarap tanah dianggap sebagai penyewa tanah dan diwajibkan
membayar pajak sebagai uang sewa.
Pokok-pokok kebijakan pemerintahan Raffles bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Tetapi, pada kenyataannya system pajak tanah ini menemui
kegagalan.
Nasionalisme
Istilah Nasionalisme berasal dari kata bahasa Latin natio yang berarti ‘kelahiran’ atau ‘macam-macam ikatan yang didasarkan pada satu garis keturunan yang sama’.
Dalam
Bahasa Inggris, natio berubah menjadi nation yang berarti ‘bangsa’
atau ‘sekelompok manusia yang tinggal di suatu daerah tertentu, memiliki
kesadaran untuk bersatu karena memiliki nasib, cita-cita, dan tujuan yang sama’.
Dengan
demikian, nasionalisme berarti perasaan cinta dari semua komponen
bangsa terhadap bangsa dan tanah airnya yang timbul karena kesamaan sejarah,
agama, bahasa, kebudayaan, pemerintahan, tempat tinggal, dan berkeinginan untuk
mempertahankan serta mengembangkannya sebagai milik bersama.
Factor-faktor pendorong tumbuhnya nasionalisme
di kalangan pelajar Indonesia
Pertama,
kesadaran akan kesamaan politik yang disebabkan oleh penindasan atau penjajahan
oleh bangsa lain atau oleh penguasa yang otoriter.
Kedua,
kesadaran akan kesamaan kultural seperti kesamaan ras, bahasa, tradisi,
sejarah, dan budaya.
Ketiga,
kesadaran akan persamaan fisik seperti tanah air dan geografi.
Keempat,
kesadaran akan kesamaan agama dan ideologi.
Kekuasaan
kolonial Barat di Indonesia pada mulanya hanya ingin mendominasi perekonomian.
Di kemudian
hari, kaum kolonial juga berusaha mendominasi wilayah Indonesia secara politik.
Politik
Etis Kolonial
Politik etis adalah kebijakan pemerintah
kolonial Belanda sebagai balas budi terhadap kemakmuran Belanda yang berasal
dan Hindia Belanda (Indonesia). Politik Etis sendiri berawal dari anjuran C.
van Deventer (Politikus Belanda) dan Pieter Brooshooft (wartawan
koran De Locomotief). Kebijakan Politik Etis terdiri dari:
Irigasi,
pembangunan dan perbaikan pengairan dan bendungan untuk pertanian.
Emigrasi,
pengorganisasian perpindahan penduduk (transmigrasi).
Edukasi,
penyelenggaraan pendidikan.
Sistem pendidikan Barat yang dilaksanakan harus disesuaikan
dengan karakteristik masyarakat Indonesia, terutama mengenai bahasa pengantar
maupun sistem pengajarannya. Pada masa itu, ada empat kategori sekolah, yaitu:
Sekolah
Eropa yang sepenuhnya memakai model sekolah negeri Belanda (tipe 1).
Sekolah
bagi pribumi yang memakai bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar (tipe 2).
Sekolah
bagi pribumi yang memakai bahasa daerah/pribumi sebagai bahasa pengantar (tipe
3).
Sekolah
yang memakai sistem pribumi (tipe 4).
Sistem pengajaran
kolonial ketika dibagi dalam dua jenis, yaitu:
Pengajaran
pendidikan umum.
Pengajaran
kejuruan.
KELAHIRAN dan PERKEMBANGAN AGAMA
KRISTEN
l
Agama Kristen
pertama kali lahir di Yerusalem yang pada saat itu bagian dari Kekaisaran
Romawi. Perkembangan agama Kristen pada awalnya tidak berjalan dengan baik.
Para penganut Kristen dikejar-kejar oleh penguasa Romawi. Agama Kristen mulai berkembang tanpa adanya ancaman pada masa Kaisar
Konstantin I. Pada masa Kaisar Theodosius I agama Kristen kemudian
dijadikan agama resmi Kekaisaran Romawi. Agama Kristen adalah sebuah
agama yang berdasar pada ajaran Yesus Kristus atau Isa Almasih.
l
Kekuasaan
gereja mengalami penurunan ketika Eropa memasuki Abad Pencerahan. Pada abad tersebut agama Kristen berkembang ke seluruh wilayah Eropa,
yang kemudian diajarkan ke seluruh dunia bersamaan dengan penjelajahan dunia. Dalam perkembangan selanjutnya, penganut agama Kristen terbagi menjadi Kristen
Katolik dan Kristen Protestan.
l
Masuknya
agama Kristen Katolik ke Indonesia seiring dengan masuknya bangsa
Portugis dan Spanyol ke Indonesia. Agama Katolik masuk ke Maluku dirintis
oleh saudagar Portugis bernama Gonsalo Veloso dan seorang pastor bernama
Simon Vaz.
l
Pada tahun 1321, seorang pastor bernama Odorico de Pordonone pernah singgah di
Sumatra, Kalimantan, dan Jawa. Pada tahun 1347, seorang pastor lain bernama Joao de
Marignolli juga pernah datang ke wilayah Indonesia.
l
Pada bulan juni 1546, seorang pastor asal Spanyol bernama Fransiskus Xaverius. Ia
menyinggahi Malaka kemudian berkunjung ke daerah Ternate, Tidore, dan
Halmahera. Ia terus berkarya hingga bulan April 1547.
l
Penyebaran agama Kristen Protestan (lebih sering disebut agama Kristen saja) di
Indonesia berlangsung setelah kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia. Penyebaran agama Kristen di Indonesia dilakukan oleh kelompok penyebar
agama (zending) asal Belanda seperti NZG (Nederlandsch Zendelings
Genootschap). Pada tahun 1853, seorang pendeta dari Belanda yang bernama Van der Tuuk berhasil
masuk dan menetap di daerah penduduk Batak.
Sumatra Utara pada tahun 1824 didatangi dua orang Amerika yang
bernama Burton dan Ward. Kedua orang ini berhasil masuk ke Silindung
di Batak Toba. Pada tahun 1861, seorang Belanda lain bernama G. van Asselt berhasil masuk ke Tapanuli
Selatan. Pada tahun yang sama, Nommensen dari Jerman juga masuk ke tanah Batak.
Comments
Post a Comment