Perubahan Keruangan - Geo. Kls VIII
EUREKA ALETHEIA
|
|
|
Pengaruh Perubahan dan Interaksi Keruangan
Kompetensi Inti (K.I)
1.
|
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
|
2.
|
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli, (toleran, gotong royong), santun, dan percaya diri
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
|
3.
|
Memahami
dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
|
4.
|
Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi dan membuat) dan
ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
|
Kompetensi Dasar (KD)
1.1
|
Mensyukuri perwujudan
Pancasila sebagai dasar negara yang merupakan
anugerah Tuhan Yang Maha
Esa.
|
|
|
2.1
|
Menunjukkan sikap bangga
akan tanah air sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara.
|
|
|
3.1
|
Menelaah perubahan keruangan dan interaksi antarruang
di Indonesia dan negara-negara ASEAN yang diakibatkan oleh faktor alam dan
manusia (teknologi, ekonomi, pemanfaatan lahan, politik) dan pengaruhnya
terhadap keberlangsungan kehidupan ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
|
|
|
4.1
|
Menyajikan hasil telaah tentang perubahan keruangan dan
interaksi antarruang di Indonesia dan negara-negara ASEAN yang dikibatkan
oleh faktor alam dan manusia (teknologi, ekonomi, pemanfaatan lahan, politik)
dan pengaruhnya terhadap keberlangsungan kehidupan ekonomi, sosial, budaya,
dan politik.
|
Indikator
|
Setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan,
peserta didik diharapkan dapat :
|
|
|
|
1. Menjelaskan kondisi geografis dan karakteristik negara-negara ASEAN;
|
|
2. Menjelaskan pengaruh perkembangan Ilmu dan Teknologi terhadap perubahan
ruang
|
|
3. Menjelaskan pengaruh perubahan ruang terhadap kehidupan ekonomi
|
|
4. Menjelaskan pengaruh konversi lahan pertanian ke industri dan pemukiman
terhadap perubahan ruang dan interaksi antarruang.
|
|
5. Menganalisis pengaruh perubahan ruang dan interaksi antarruang terhadap
keberlangsungan kehidupan ekonomi, sosial, budaya, politik, dan pendidikan.
|
|
|
KOMPETENSI
SESUAI INDIKATOR
|
|
PENGETAHUAN
|
|
KETERAMPILAN
|
|
SIKAP
|
|
|
|
A. Pengaruh Perkembangan Ilmu dan Teknologi
terhadap Perubahan Ruang
Perkembangan ilmu dan teknologi telah
berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Manusia lebih dimudahkan
dalam berbagai hal ketika beraktivitas. Ilmu yang mengha-silkan teknologi
komunikasi mengurangi jarak dan waktu dalam berinteraksi antarpihak. Tekno-logi
yang memiliki peranan besar dalam mengubah kehidupan manusia dalam berinteraksi
adalah teknologi transportasi dan teknologi komunikasi. Teknologi transportasi
dimanfaatkan untuk memindahkan barang dan manusia dari satu tepat ke tempat
lain. Teknologi komunikasi dimanfaatkan untuk bertukar informasi. Teknologi
produksi digunakan untuk memproduksi sandang, pangan, dan papan.
a.Teknologi Transportasi
Saat ini, berbagai macam
bentuk alat transportasi dapat dijumpai baik di darat, laut, dan udara. Ilmu
dan pengetahuan yang semakin luas telah memungkinkan perkembangan berbagai
macam alat transportasi yang nyaman, cepat, dan dengan tingkat keamanan yang
tinggi. Kereta cepat monorel, pesawat terbang, dan speed boat terus mengalami perbaikan demi kenyamanan
penumpangnya. Namun demikian, alat transportasi tradisional yang belum
menggunakan mesin masih dapat dijumpai dan bertahan sampai saat ini di negara-negara
ASEAN, seperti pedati, delman, dan becak.
Adanya perkembangan teknologi
tansportasi membawa perubahan aktivitas manusia yang berakibat terhadap
perubahan tata kehidupan. Jumlah orang Indonesia yang pergi ke Malaysia dan
Singapura atau sebaliknya semakin meningkat setiap tahunnya. Pesawat bukan lagi
alat transportasi yang mahal. Setiap orang dapat menikmati layanan karena
harganya yang terjangkau, cepat, dan nyaman. Kapal laut selain digunakan
sebagai sarana transportasi, juga saat ini digunakan sebagai sarana wisata.
Transportasi darat semakin banyak memberikan alternatif perjalanan.
Pembangunan prasarana transportasi
akan mengubah kondisi wilayah di suatu negara. Lahan-lahan produktif seperti
hutan atau sawah diubah untuk membangun jaringan jalan. Di beberapa negara
ASEAN, rekayasa jaringan lalu-lintas transportasi darat sudah sangat canggih.
Singapura dan Thailand lain mengembangkan jaringan transportasi darat bawah
tanah.
Perubahan penggunaan lahan sebagai
sarana transportasi terjadi juga di sekitar bandara. Lahan yang sebelumnya
digunakan sebagai pemukiman atau persawahan dikonversi demi perluasan area
bandara. Contohnya, pembangunan Bandara Suvarnabhumi di Thailand yang
menggantikan Bandara Don Muang, Bandara Luang Prabang di Laos, Bandara Ninoy
Aquino di Filipina, dan lain-lain.
b. Teknologi Komunikasi
Komunikasi merupakan cara manusia
saling berhubungan atau berinteraksi. Cara berko-munikasi pertama kali
diajarkan oleh ibu kepada anaknya. Bahasa yang diajarkan sang ibu kepada
anaknya dinamakan bahasa ibu. Bahasa ibu dapat berupa bahasa Indonesia, bahasa
Melayu, bahasa Inggris, atau bahasa lainnya.
Ilmu pengetahuan telah berjasa
mengubah perkembangan teknologi komunikasi menjadi semakin canggih. Teknologi
komunikasi memungkinkan informasi dapat menyebar luas dalam waktu yang singkat.
Berbeda dengan keadaan pada masa lalu ketika komunikasi masih menggunakan
surat, yang membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ke tujuan. Perkembangan
teknologi komunikasi sangat menguntungkan karena dapat mengurangi jarak dan
waktu.
Meskipun demikian, perkembangan
teknologi komunikasi dapat juga membawa kerugian, antara lain mengurangi
intensitas interaksi secara langsung antarmasyarakat. Perubahan yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat di Negara-negara ASEAN sebagai akibat perkembangan
teknologi transportasi dan komunikasi dapat dilihat dalam berbagai aspek, baik
itu aspek sosial, ekonomi, budaya, maupun keamanan.
1.
Aspek Sosial
a. Bertambahnya jumlah penduduk dalam waktu singkat
b. Kebutuhan transportasi massal semakin tinggi untuk
menghindari kemacetan
c. Maraknya perdagangan manusia
d. Kerjasama laur negeri semakin mudah
2.
Aspek Ekonomi
a. Bertambahnya pendapatan negara dari pajak dan pendapatan
dari sewa tempat tinggal akibat munculnya pusat-pusat aktivitas masyarakat,
seperti perbelanjaan, wisata, dan tempat tinggal yang diperlukan pendatang.
b. Nilai barang lokal meningkat seiring permintaan mata uang
asing.
c. Barang-barang asing semakin
mudah di jangkau.
3)
Budaya
a) Terjadi akulturasi budaya secara sadar
maupun tidak.
b) Perubahan sistem nilai dan norma.
c) Terjadinya kecenderungan gaya
hidup hedonis.
d) Aliran-aliran yang bertentangan dengan
budaya semakin mudah masuk.
4)
Keamanan
a) Gangguan kondisi keamanan suatu
negara semakin rentan.
b) Narkotika dan obat terlarang
semakin mendapat tempat.
c) Jaringan kelompok perusuh
antarnegara semakin mudah diorganisir.
B. Pengaruh Perubahan Ruang terhadap Kehidupan
Ekonomi
Negara-negara anggota ASEAN mulai
menerapkan AFTA (ASEAN Free Trade Area) dalam kehidupan internasionalnya.
Secara ekonomis, pemberlakukan AFTA akan menjadikan kegiatan ekonomi lebih
meluas. Produsen beras seperti Thailand dapat dengan mudah mengekspor produknya
ke Singapura, Indonesia, dan negara anggota ASEAN lain tanpa dibebani pajak,
begitupun sebaliknya. Pilihan konsumsi pun semakin banyak, baik kualitas maupun
harganya. Kerja sama negara-negara ASEAN ini mendorong terjadinya perubahan
tatanan kerja sama antarnegara dalam bidang ekonomi. Persaingan dalam kegiatan
ekonomi menjadi lebih ketat dengan adanya kompetitor dari luar negeri.
Kegiatan produksi yang dilakukan oleh
produsen atau pelaku kegiatan produksi suatu negara ASEAN akan dapat dengan
mudah dipasarkan ke negara lain dalam lingkup ASEAN. Contoh, Indonesia dapat
dengan mudah dimanfaatkan oleh petani di Thailand dan Myanmar. Produk
elektronik Singapura dapat lebih mudah diperoleh oleh masyarakat di negara
ASEAN.
Kerja sama ASEAN menjadikan proses
distribusi menjadi lebih jauh jangkauannya. Barang atau jasa yang dihasilkan
oleh produsen sampai ke tangan masyarakat (konsumen) melalui distributor.
Perkembangan teknologi transportasi dapat memperpendek jarak dan waktu yang
dibutuhkan untuk mendistribusikan barang atau jasa sampai ke tangan konsumen.
Lautan luas tidak lagi menjadi penghalang untuk mendistribusikan barang dan
jasa. Kemudahan distribusi ini sangat menguntungkan pelaku kegiatan ekonomi dan
memungkinkan mereka mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Kegiatan distribusi antarnegara dalam
bentuk ekspor dan impor yang melibatkan dua negara atau lebih identik dengan
pergerakan barang atau jasa antarnegara. Kegiatan ekspor dan impor ini
menunjukkan adanya interaksi antarruang negara yang satu dengan negara lainnya.
Kegiatan produksi dan distribusi bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat
sebagai konsumen. Konsumen adalah pengguna barang atau jasa yang telah
diproduksi oleh produsen dan didistribusikan oleh distributor.
C.
Pengaruh Konversi Lahan Pertanian ke Industri dan Pemukiman terhadap
Perubahan Ruang dan Interaksi Antarruang
Reklamasi adalah alih fungsi lahan
pantai menjadi daratan. Reklamasi tersebut disebut salah satu bentuk alih
fungsi lahan yang disebut konversi lahan. Biasanya, mengubah area pertanian
menjadi area dengan kegunaan lain, misalnya menjadi permukiman atau industri.
Konversi lahan menjadi fenomena yang sering dijumpai di negara-negara ASEAN.
Konversi lahan pertanian sering terjadi
di negara-negara ASEAN dengan laju pertumbuhan penduduk relatif tinggi, seperti
Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Filipina. Konversi
terjadi terutama di daerah pinggiran kota ataupun area persawahan yang letaknya
berdekatan dengan fasilitas umum, seperti di dekat pasar. Konversi lahan
pertanian bersifat menular, artinya ketika satu petak lahan telah dikonversi,
lahan pertanian di sekitar petak tersebut juga rawan dikonversi. Hal ini
berpengaruh terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat di daerah tersebut.
a.Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Menjadi
Lahan Industri
Konversi lahan pertanian menjadi
lahan industri banyak terjadi di negara-negara sedang berkembang, seperti
negara-negara ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi lahan industri banyak
terjadi di pinggir kota. Biasanya, pemilik perusahaan mendirikan industri di
sana karena beberapa alasan, di antaranya sebagai berikut.
1) Pembangunan industri lebih memilih lahan yang strategis.
Sebagian besar lahan strategis tersebut merupakan lahan pertanian.
2) Harga lahan
pertanian relatif lebih murah dibandingkan dengan lahan terbangun.
3) Pembangunan
industri memilih akses yang lebih mudah.
4) Industri dibangun
dekat dengan bahan baku lahan pertanian menjadi pilihan yang baik.
5) Faktor sosial dan budaya hukum waris. Konversi lahan
pertanian menjadi industri mengakibatkan petani “terusir” dari tanah mereka digantikan oleh uang.
Awalnya, petani di pedesaan mempunyai tanah, namun kemudian mereka menjadi
petani gurem dan tak bertanah. Kondisi
ini memengaruhi sistem sosialdan budaya hukum waris yang berorientasi pada
nilai uang. Anak-anak petani tidak lagi diwarisi lahan pertanian, tetapi
diganti dengan pembagian uang hasil penjualan lahan pertanian.
Penggunaan
lahan dalam pembangunan industri memerlukan perhatian beberapa negara industri.
Pasalnya, tidak semua industri yang akan atau sudah dibangun berada di lahan
yang tepat dan tidak menempati lahan produktif seperti lahan pertanian.
Berbagai masalah akan timbul akibat konversi lahan dari lahan pertanian menjadi
industri, antara lain:
1) Lahan pertanian berkurang, yang membuat produktivitas
pangan dari pertanian menurun.
2) Lahan pertanian sekitar industri berpotensi terkena imbas
pencemaran akibat limbah atau
polusi dari
industri baik tanah, air, maupun udara.
3) Konversi lahan itu
menular, yang mengancam ketersediaan lahan pertanian.
b. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Permukiman
Permukiman
menjadi kebutuhan pokok manusia. Semakin banyak jumlah manusia, area permukiman
yang dibutuhkan juga semakin luas. Kondisi ini terjadi juga di negara-negara
anggota ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi permukiman marak dilakukan di
negara-negara ASEAN.
Konversi
lahan pertanian menjadi permukiman pasti akan menimbulkan dampak, sama seperti
konversi lahan pertanian menjadi lahan industri. Biasanya, selalu berdampak
negatif apabila dilihat dari sisi fungsi lahan pertanian itu sendiri. Adapun
dampak negatifnya itu adalah sebagai berikut.
1) Luas lahan pertanian semakin berkurang sehingga
produktivitas pangan semakin kecil.
2) Petani dan buruh
tani kehilangan mata pencahariannya.
3) Hilangnya lahan ruang terbuka hijau (RTH).
4) Berkurangnya lahan resapan air.
Konversi
lahan identik dengan perubahan kondisi ruang. Konversi lahan tidak dapat
dicegah karena kebutuhan manusia akan ruang tidak dapat dihindari. Mencegah
konversi lahan bisa jadi menghambat pembangunan suatu negara. Oleh karena itu,
konversi lahan pertanian harus tetap terjadi. Meskipun demikian, kita harus
mengawasi konversi lahan yang terjadi, jangan sampai mengganggu keseimbangan
alam, ekosistem, dan kelangsungan hidup sebagian warga negara.
Comments
Post a Comment